Blok Masela: Lompatan Strategis Energi, Ekonomi, dan Dekarbonisasi Indonesia
- Geni Buana Nusantara
- 22 Agu
- 5 menit membaca
Diperbarui: 27 Agu

Bagaimana Indonesia bisa menjawab kebutuhan energi yang terus meningkat, sambil tetap menjaga komitmen dekarbonisasi?
Pertanyaan ini menemukan jawabannya ketika kita melihat ke arah timur negeri ini, di mana proyek besar Abadi LNG di Blok Masela sedang dipersiapkan. Proyek ini bukan sekadar pembangunan fasilitas gas, melainkan sebuah langkah strategis dengan skala masif yang menjadikannya jembatan penghubung antara tiga agenda utama yaitu memperkuat ketahanan energi nasional, mendukung upaya dekarbonisasi, dan mempercepat pembangunan kawasan timur Indonesia. Dengan demikian, Indonesia sedang memasuki fase penting dalam pengelolaan energi, di mana kebutuhan energi yang terus meningkat dapat dipenuhi sekaligus sejalan dengan komitmen global untuk menekan emisi karbon.
Perkembangan Terbaru & Lompatan Strategis
Pada Desember 2023, pemerintah Indonesia resmi menyetujui Revisi Plan of Development II (POD II) untuk proyek Masela Abadi LNG. Berbeda dengan proyek gas konvensional, Masela langsung memasukkan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS)Ā sejak tahap desain awal, bukan sekadar tambahan belakangan. Keputusan ini menempatkan Masela sebagai salah satu pionir di Asia Tenggara dalam penerapan solusi pengendalian emisi karbon yang terintegrasi di fasilitas gas berskala besar.
Dengan kapasitas produksi yang ditargetkan mencapai sekitar 9,5 juta ton LNG per tahunĀ serta pasokan gas pipa sebesar 150 juta standard cubic feet per day (MMSCFD),Ā Blok Masela diproyeksikan bukan hanya sebagai motor ekspor, melainkan juga penopang kebutuhan energi domestik. Gas yang dihasilkan nantinya akan digunakan untuk industri dalam negeri sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.
Pilihan lokasi fasilitas darat di Saumlaki, Kepulauan Tanimbar, juga punya arti penting. Kehadiran proyek raksasa ini berpotensi mempercepat pembangunan infrastruktur di Maluku, wilayah yang selama ini relatif tertinggal. Pembangunan pelabuhan, jaringan transportasi, hingga utilitas dasar akan menjadi bagian dari efek berantai yang diharapkan muncul. Tidak hanya itu, konsorsium Masela juga diperkirakan menjadi magnet bagi tumbuhnya industri pendukung lokal mulai dari logistik, tenaga kerja, hingga jasa teknikal yang pada akhirnya memperkuat konektivitas ekonomi dan sosial di kawasan timur Indonesia.
Sejak Agustus 2025, proyek ini telah memasuki tahap Front-End Engineering Design (FEED). Proses ini dibagi ke dalam beberapa lingkup utama yaitu pembangunan Onshore LNG (OLNG) di Saumlaki, jaringan bawah laut (Subsea Umbilicals, Risers, and Flowlines/SURF), serta fasilitas terapung Floating Production Storage and Offloading (FPSO). Dengan target beroperasi penuh sebelum 2030, Masela dipandang sebagai momentum strategis yang mampu mempercepat arus investasi energi sekaligus mendorong transformasi ekonomi di kawasan timur.
Ā
Struktur Kemitraan Baru & Tren Global
Pada pertengahan 2023, peta kepemilikan Blok Masela mengalami pergeseran besar. INPEX tetap memegang kendali dengan 65% saham sebagai operator utama. Namun, Shell memutuskan hengkang setelah bertahun-tahun menunda komitmen investasinya. Saham Shell yang sebesar 35% itu resmi beralih ke Pertamina Hulu Energi (20%) dan Petronas Masela (15%) dengan nilai transaksi hingga US$650 juta. Kesepakatan ini difinalisasi melalui Sale and Purchase Agreement (SPA) pada Juli 2023, yang sebagian pembayarannya dikaitkan langsung dengan tercapainya Final Investment Decision (FID).
Masuknya Pertamina dan Petronas sebagai pengganti Shell tidak hanya sebatas pergantian mitra. Di balik itu, ada arah baru dalam lanskap investasi energi Indonesia dan Asia Tenggara. Kalau sebelumnya proyek-proyek raksasa kerap bergantung pada kehadiran supermajor Barat, kini justru perusahaan nasional dan regional yang tampil sebagai motor utama. Pergeseran ini bisa dibaca sebagai upaya memperkuat kemandirian energi, sekaligus mendorong model kerja sama antar-BUMN/NOC yang lebih sesuai dengan konteks kawasan.
Struktur konsorsium baru ini memberi beberapa keuntungan strategis. Pertama, risiko politik dan pasar bisa ditekan karena keputusan lebih dekat dengan kebutuhan domestik maupun regional. Kedua, peluang transfer teknologiāterutama terkait Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCS/CCUS) lebih terbuka, mengingat teknologi ini sudah dimasukkan dalam desain awal proyek, bukan sekadar tambahan di kemudian hari. Dari sinilah Masela bisa menjadi laboratorium penting bagi pengembangan teknologi mitigasi karbon di Asia Tenggara, sekaligus menegaskan bahwa proyek energi raksasa tidak lagi hanya soal produksi gas, tetapi juga tentang arah baru menuju transisi energi.
Ā
Dampak Ekonomi & Transformasi Sosial
Dengan nilai investasi sekitar US$20ā21 miliar, proyek Abadi LNG di Blok Masela menjadi salah satu tonggak besar dalam sejarah investasi energi Indonesia dan ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional. Kajian LPEM UI dan Universitas Pattimura memperkirakan proyek ini memberi kontribusi signifikan pada perekonomian, yakni tambahan PDB nasional sebesar US$153 miliar serta peningkatan pendapatan rumah tangga hingga US$33,5 miliar sepanjang masa operasinya. Aktivitas huluāhilir proyek ini juga diprediksi mendorong pertumbuhan PDB sekitar 1,3% dan menciptakan sekitar 73.000 lapangan kerja, baik secara langsung di sektor migas, konstruksi, dan manufaktur, maupun tidak langsung di bidang jasa pendukung seperti transportasi, perhotelan, perbankan, hingga pertanian dan kehutanan.
Pembangunan kilang LNG darat di Saumlaki membawa efek berganda bagi perekonomian Maluku dan wilayah timur Indonesia. Kehadirannya diyakini menurunkan biaya logistik, mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi, serta melahirkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, mirip dengan perkembangan kawasan industri di sekitar Arun (Aceh) dan Bontang (Kaltim). Lebih jauh, proyek ini dipandang sebagai motor transformasi ekonomi kawasan timur dengan mendorong hilirisasi berbasis gas, industrialisasi petrokimia, serta peningkatan kapasitas tenaga kerja lokal melalui keterlibatan vendor dan pekerja nasional. Presiden Jokowi bahkan optimis industri turunan dari proyek ini dapat menyerap ratusan ribu tenaga kerja jika petrokimia berkembang optimal.
Ā
Peran CCUS & Dekarbonisasi
Proyek Abadi LNG di Blok Masela menjadi tonggak baru dalam sejarah energi Indonesia. Untuk pertama kalinya, teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCUS) diintegrasikan sejak tahap perencanaan awal, bukan sebagai tambahan belakangan. Langkah ini menandai keseriusan Indonesia dalam menghadirkan praktik energi yang lebih bersih, sekaligus menunjukkan bahwa pengembangan gas alam masih bisa berjalan sejalan dengan komitmen Net Zero Emission 2060. Menurut SKK Migas, kapasitas penyimpanan COā dari proyek ini diperkirakan bisa mencapai hingga 3 gigaton, menjadikannya salah satu inisiatif dekarbonisasi terbesar di kawasan.
Keputusan untuk menempatkan CCUS di jantung desain proyek tidak muncul dalam ruang hampa. Pemerintah telah menyiapkan kerangka regulasi yang mendukung, seperti Permen ESDM No. 2/2023 untuk sektor hulu migas dan Perpres No. 14/2024 yang mempertegas payung hukum bagi pengembangan CCUS. Dengan dasar ini, proyek Abadi LNG bukan sekadar proyek energi fosil, melainkan model transisi yang mencoba memadukan kebutuhan energi dengan tuntutan keberlanjutan. Ia memperlihatkan bahwa sumber daya fosil masih bisa dimanfaatkan secara lebih bertanggung jawab jika ditopang dengan teknologi tepat guna.
Lebih jauh, CCUS tidak berhenti pada sekadar menekan emisi. Teknologi ini membuka peluang bagi terbentuknya rantai nilai baru di sekitar karbon, mulai dari transportasi COā melalui jaringan pipa dan kapal, penyimpanan dalam formasi geologi, hingga pemanfaatan kembali untuk bahan bangunan, kimia, atau plastik. Dengan cara ini, Abadi LNG bukan hanya proyek gas, tetapi juga pintu masuk menuju ekonomi sirkular berbasis karbon. Kehadiran CCUS menjadikan Blok Masela simbol bahwa dekarbonisasi tidak selalu berarti meninggalkan energi fosil, melainkan mengelolanya dengan cara yang lebih cerdas dan berkelanjutan.
Ā
Relevansi bagi Geni Energi
Pengalaman di bidang engineering advisoryĀ dan sustainability memberikan peluang bagi Geni Energi untuk berkontribusi pada berbagai aspek penting, seperti feasibility studyĀ dan front-end engineeringĀ untuk proyek Carbon Capture and Storage (CCS), carbon assessment serta Life Cycle Assessment (LCA). Selain itu, keahlian ini dapat diterapkan dalam perencanaan sosial-ekonomi dan pemberdayaan masyarakat lokal, serta optimasi desain guna meningkatkan efisiensi energi dan menurunkan emisi. Pendekatan ini memungkinkan Geni Energi menawarkan perspektif holistik yang mengintegrasikan keamanan pasokan energi, pengurangan emisi, dan manfaat sosial-ekonomi secara seimbang.




Komentar