top of page

Belajar dari Banyumas: Mengoptimalkan Pengelolaan Sampah dan Produksi RDF

ree

Pengantar: Mengapa Banyumas?

Setelah sebelumnya mengunjungi TPST di Cilacap, kali ini Geni melanjutkan perjalanan kami ke Banyumas untuk meninjau dua Situs Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), yaitu TPA BLE Banyumas dan TPST Kedungrandu. Kabupaten Banyumas telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengembangkan sistem pengolahan sampah menjadi energi. Salah satu inisiatif penting adalah kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Banyumas, PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), dan PT Sinergi Energi Utama dalam mengolah sampah menjadi biomassa sebagai bahan baku untuk co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pengolahan sampah ini menghasilkan produk bernilai ekonomi seperti kompos, paving, bata, pelet plastik, dan pulp limbah organik yang digunakan sebagai biomassa.


Kunjungan ini berfokus pada pemahaman efisiensi operasional dan tantangan yang dihadapi oleh Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kabupaten Banyumas, serta menjajaki kolaborasi dalam pemanfaatan Bahan Bakar dari Sampah (RDF) dengan industri semen seperti PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI). Beberapa TPST di Banyumas, seperti TPST Kedungrandu, telah menunjukkan pengelolaan yang baik di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas. Selain mengelola limbah secara terintegrasi, TPST di Banyumas juga mengolah limbah plastik menjadi RDF, yang dapat menggantikan batu bara sebagai bahan bakar di pabrik semen dan berkontribusi dalam mengurangi emisi. Upaya ini menjadikan Banyumas sebagai contoh daerah yang serius dalam mengubah limbah menjadi sumber energi terbarukan, meskipun tantangan seperti keterbatasan lahan TPA dan pengelolaan yang kurang optimal masih perlu diatasi.


Untuk mengatasi masalah limbah plastik, Pemerintah Kabupaten Banyumas telah berkolaborasi dengan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI). Pada 25 Agustus 2021, Bupati Banyumas Achmad Husein menandatangani nota kesepahaman dengan SBI mengenai penggunaan bahan pemilahan limbah sebagai bahan bakar alternatif di pabrik semen SBI. RDF yang dihasilkan dari pengolahan sampah di TPST Banyumas dibeli oleh pabrik semen SBI di Cilacap sebagai bahan bakar alternatif. Kerjasama ini tidak hanya membantu mengurangi sampah plastik di Banyumas tetapi juga menyediakan sumber energi alternatif bagi industri semen, sehingga menciptakan hubungan saling menguntungkan antara pemerintah daerah dan sektor industri.


Profil Singkat TPST: BLE Banyumas & Kedung Randu

TPA BLE Banyumas dan TPST (Lokasi Pengelolaan Sampah Terpadu) Kedungrandu adalah dua fasilitas pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas yang berperan penting dalam mengelola sampah domestik secara efektif. TPST Kedungrandu melayani sekitar 3.100 pelanggan, terdiri dari 3.067 rumah tangga dan 33 non-rumah tangga, dengan rata-rata pengelolaan sampah mencapai 21.037 ton per hari. Sementara itu, TPA BLE Banyumas, yang juga dikenal sebagai TPA BLE Kalibagor, telah menjadi pilot dalam pengelolaan sampah dengan konsep nol sampah.


Dalam proses pengolahan sampah, TPA BLE Banyumas mengintegrasikan konsep ekonomi sirkular dan konversi sampah menjadi energi. Salah satu teknologi yang digunakan adalah mesin pirolisis, yang mampu menghancurkan sampah melalui pembakaran pada suhu di atas 800°C. Meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan bahwa TPA BLE Banyumas memproduksi RDF (Refuse Derived Fuel), penggunaan teknologi pirolisis menunjukkan upaya untuk mengolah sampah menjadi sumber energi alternatif. Di sisi lain, TPST Kedungrandu menggunakan mesin penghancur untuk mengolah sampah anorganik, yang kemudian dijual sebagai bahan baku untuk produk bernilai ekonomi.


Keberadaan dua TPST ini memiliki dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan pengelolaan limbah yang efektif, volume limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir dapat dikurangi, sehingga mengurangi potensi pencemaran lingkungan. Selain itu, TPST Kedungrandu mampu menyerap tenaga kerja lokal, dengan 15 karyawan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas lingkungan tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.


TPST Kedungrandu: Dari Sampah Menjadi RDF

TPST Kedungrandu, yang dikelola oleh Kelompok Pemberdayaan Masyarakat (KSM) Randu Makmur, memainkan peran penting dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas. Fasilitas ini memiliki luas bangunan sekitar 1.000 m², dengan area utama berukuran 11,5 Ɨ 60 meter dan gudang RDF berukuran 18 Ɨ 18 meter. Setiap hari, TPST ini mengolah hingga 15 ton sampah dari sekitar 3.000 rumah tangga di Kecamatan Patikraja dan sebagian wilayah perkotaan Purwokerto. Komposisi limbah yang masuk terdiri dari 40% organik, 25% plastik (bahan baku RDF), dan 10% sisa. Proses pengolahan dimulai dengan penyortiran manual, diikuti dengan penggunaan mesin gibrig untuk memisahkan limbah organik dan anorganik. Limbah organik diolah menjadi kompos atau pakan belatung, sementara plastik dan limbah anorganik lainnya diolah lebih lanjut menjadi RDF. Mesin penghancur RDF di TPST Kedungrandu saat ini mampu memproduksi 1 ton RDF per hari, meskipun potensi produksi RDF mencapai 3-4 ton per hari. Sisa RDF yang belum diolah dikirim ke TPA BLE Banyumas untuk diolah lebih lanjut dan kemudian digunakan sebagai bahan bakar alternatif di industri semen seperti PT Solusi Bangun Indonesia (SBI).


TPST Kedungrandu memiliki sistem pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan mengubahnya menjadi bahan bakar alternatif. Proses ini dimulai dengan penyortiran limbah yang masuk, kemudian diolah sesuai jenisnya, dan akhirnya didistribusikan untuk penggunaan lebih lanjut. Berikut adalah tahap utama dalam pengolahan limbah di TPST Kedungrandu:

1. Penerimaan Awal dan Penyortiran

  • Limbah yang masuk ke TPST disortir secara manual untuk memisahkan jenis organik dan anorganik.

  • Sampah anorganik kemudian diolah menggunakan mesin gibrig untuk dihancurkan dan disortir lebih lanjut.

2. Pengolahan Sampah Berdasarkan Jenis

  • Sampah organik diolah secara terpisah, misalnya melalui budidaya belatung atau diubah menjadi kompos.

  • Sampah plastik dan anorganik diolah lebih lanjut untuk diubah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif.

3. Distribusi dan Pemanfaatan RDF

  • RDF yang diolah digunakan sebagai bahan bakar alternatif, misalnya untuk PLTU.

  • Jika kapasitas pengolahan di TPST Kedungrandu terbatas, RDF yang belum diolah akan dikirim ke TPST lain untuk diolah lebih lanjut sebelum digunakan.


TPST Kedungrandu menghadapi beberapa tantangan dalam mengolah sampah menjadi Bahan Bakar dari Sampah (RDF). Salah satu hambatan utama adalah kapasitas mesin penghancur RDF yang terbatas, sehingga tidak dapat mengolah seluruh potensi limbah yang tersedia. Akibatnya, sebagian limbah tidak dapat diolah secara optimal. Selain itu, sistem listrik dan peralatan di TPST ini masih sering mengalami masalah teknis, seperti sabuk kipas yang longgar dan overheating pada Miniature Circuit Breaker (MCB), yang dapat mengganggu operasional dan menyebabkan peralatan cepat rusak. Keterbatasan tenaga kerja dan infrastruktur juga menjadi tantangan, sehingga sebagian RDF yang dihasilkan harus dikirim ke TPST lain untuk pengolahan lebih lanjut. Hal ini tentu saja meningkatkan beban operasional dan mengurangi efisiensi pengelolaan limbah di TPST Kedungrandu.

Ā 

TPA BLE Banyumas: Skala Lebih Besar, Produksi Maksimal & Kontrak dengan SBI

TPA BLE Banyumas memiliki kapasitas pengolahan limbah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan TPST lainnya, dengan kapasitas total mencapai 157,5 ton per hari. Limbah yang masuk ke fasilitas ini diolah menjadi beberapa kategori, yaitu 40 ton limbah murni per hari, 45 ton Bahan Bakar dari Limbah (RDF) per hari, 68 ton pulp organik per hari, dan 4,5 ton residu per hari. RDF yang dihasilkan dari TPST ini telah dikontrak dan diambil oleh pabrik semen PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), yang menggunakannya sebagai bahan bakar alternatif dalam proses produksi semen. Selain itu, TPA BLE Banyumas juga memproduksi biomassa yang dijual kepada PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) untuk digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Dengan skala produksi yang besar dan pemanfaatan limbah yang optimal, TPA BLE Banyumas memainkan peran penting dalam mendukung pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan dan mendorong transisi energi bersih di Indonesia.


Proses pengolahan limbah di TPA BLE Banyumas dilakukan secara sistematis untuk memastikan pemanfaatan limbah yang optimal dan ramah lingkungan. Limbah yang masuk terlebih dahulu melalui tahap penyortiran manual sebelum diolah lebih lanjut menjadi berbagai produk, seperti RDF dan biomassa. Setiap jenis limbah memiliki metode pengolahan yang berbeda, baik melalui pemotongan, pengeringan, atau pengolahan di fasilitas khusus. Berikut adalah tahap-tahap utama dalam proses pengolahan limbah di TPA BLE Banyumas.

  1. Tahap awal: Limbah yang masuk terlebih dahulu melalui proses penyortiran manual untuk memisahkan bahan yang dapat diolah lebih lanjut. Setelah itu, limbah plastik dan bahan Refuse-Derived Fuel (RDF) dipotong agar siap digunakan sebagai bahan bakar alternatif.

  2. Pengolahan lanjutan: Sisa limbah dari 3 truk sampah diolah lebih lanjut di gedung RDF untuk menghasilkan bahan bakar alternatif untuk industri semen, sementara limbah organik dikeringkan di TPA selama satu minggu sebelum diolah lebih lanjut menjadi pulp organik atau biomassa.


TPA BLE Banyumas terus berinovasi dalam meningkatkan efisiensi pengolahan limbah, namun masih menghadapi beberapa kendala. Salah satu inovasi yang telah diterapkan adalah sistem pencatat data berbasis SKADA untuk memantau operasi secara otomatis. Sayangnya, sistem ini rusak akibat gigitan tikus karena pemasangannya dilakukan di bawah tanah. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pemasangan ulang menggunakan metode di atas tanah agar lebih tahan lama dan tidak mudah rusak. Selain itu, peralatan utama seperti mesin penghancur, mesin gibrig, dan mesin penghancur RDF memerlukan perawatan rutin setiap tiga hari untuk memastikan kinerja optimal. Perawatan ini penting untuk mencegah kerusakan yang dapat menghambat proses pengolahan limbah dan produksi RDF.


Kunjungan ke TPST Banyumas memberikan berbagai wawasan berharga terkait pengelolaan limbah yang dapat diterapkan di daerah lain. Model pengelolaan TPST Banyumas menunjukkan bahwa dengan kapasitas besar dan sistem terintegrasi, pengolahan limbah dapat lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Kesuksesan ini dapat dijadikan acuan bagi daerah lain dalam mengembangkan fasilitas serupa, terutama dalam hal pemilahan limbah, optimalisasi produksi RDF, dan pemanfaatan biomassa untuk energi terbarukan. Selain itu, peran sektor swasta dan pemerintah sangat penting dalam mendukung penggunaan RDF sebagai bahan bakar alternatif. Kerja sama antara TPST Banyumas dan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) dalam penggunaan RDF untuk industri semen, serta kerja sama dengan PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) dalam penggunaan biomassa untuk co-firing di PLTU, menunjukkan bahwa sinergi antara pemerintah dan dunia usaha dapat mempercepat pengembangan solusi waste to energy. Dari perspektif Geni, peluang di sektor konversi limbah menjadi energi dan ekonomi sirkular semakin terbuka dengan dukungan regulasi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan. Dengan investasi yang tepat dan penguatan kebijakan pendukung, sektor ini berpotensi menjadi salah satu solusi utama dalam mengurangi tumpukan limbah sambil mendukung transisi energi bersih di Indonesia.


Pelajaran dari Banyumas: Apa yang Dapat Diterapkan?

Kesuksesan TPST Banyumas dalam mengelola limbah dan memproduksi RDF sebagai bahan bakar alternatif memberikan banyak pelajaran berharga yang dapat diterapkan di daerah lain. Dengan kapasitas besar dan kerja sama dengan sektor swasta, Banyumas telah membuktikan bahwa pengolahan limbah tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan tetapi juga memiliki nilai ekonomi. Namun, masih ada beberapa aspek yang dapat ditingkatkan, baik dari segi teknologi, efisiensi operasional, maupun model bisnis yang lebih berkelanjutan. Berikut adalah beberapa poin kunci yang dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam mengembangkan pengelolaan limbah yang lebih efektif dan efisien.

  1. Peningkatan Kapasitas RDF

    TPST Kedungrandu perlu meningkatkan kapasitas mesin penghancur RDF agar limbah yang diolah dapat digunakan langsung tanpa perlu dikirim ke TPST lain.

  2. Optimasi Pemeliharaan Mesin

    Rutin pemeliharaan yang lebih sering di TPST Banyumas dapat menjadi acuan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mencegah kerusakan mesin di TPST lain.

  3. Peran Teknologi dalam Pemantauan

    Penggunaan data logger perlu ditingkatkan dan diterapkan di lebih banyak TPST untuk memastikan transparansi dan meningkatkan efisiensi sistem pengolahan limbah.

  4. Peluang Bisnis RDF & Biomassa

    TPST Banyumas telah berhasil bekerja sama dengan SBI untuk penggunaan RDF sebagai bahan bakar alternatif di industri semen. Ini dapat menjadi model bisnis berkelanjutan bagi wilayah lain yang ingin mengembangkan pengolahan limbah menjadi energi.

  5. Tantangan dalam Investasi

    Meskipun peluangnya besar, investasi dalam RDF dan biomassa masih relatif tinggi, dengan keuntungan yang mungkin tidak optimal. Model keuangan yang lebih matang perlu dikembangkan untuk membuat proyek serupa lebih menarik bagi investor.


Kesimpulan & Arah ke Depan

Keberlanjutan sistem pengolahan limbah menjadi energi berbasis RDF dan biomassa memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Sinergi ini penting untuk memastikan bahwa teknologi dan infrastruktur yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan terus berkembang. Geni berkomitmen untuk terus meneliti dan mengembangkan model terbaik dalam mendukung industri rendah karbon di Indonesia, dengan fokus pada inovasi dan efisiensi dalam pengelolaan limbah. Di masa depan, akan dilakukan eksplorasi lebih lanjut untuk melihat bagaimana integrasi sistem RDF dapat diterapkan pada skala industri yang lebih luas dan potensinya dalam mendukung transisi energi terbarukan.

Ā 
Ā 
Ā 

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
bottom of page